Selasa, 07 April 2009

AGAMA DAN PENGERTIAN AGAMA DALAM BERBAGAI BENTUKNYA

Materi kuliah AIK ini dikhususkan untuk kalangan sendiri : mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purworejo
Agama berasal dari kata Sanskrit yang tersusun dari dua kata, a = tidak dan gam = pergi, jadi tidak pergi, tetap di tempat, diwarisi turun-temurun. Dapat juga dikatakan bahwa agama berarti teks atau kitab suci. Selanjutnya, dikatakan lagi bahwa gam berarti tuntunan. Memang agama bersifat turun-temurun, mempunyai kitab suci dan ajaran-ajaran yang menjadi tuntunan hidup bagi penganutnya. Din dalam bahasa Semit berarti undang-undang atau hukum. Dalam bahasa Arab, kata ini mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, hutang, balasan, kebiasaan. Agama memang membawa peraturan-peraturan yang merupakan hukum, yang harus dipatuhi orang. Agama selanjutnya memang menguasai diri seorang dan membuat ia tunduk dan patuh kepada Tuhan dengan menjalankan ajaran-ajaran agama. Agama lebih lanjut lagi membawa kewajiban-kewajiban yang kalau tidak dijalankan oleh seseorang menjadi hutang baginya. Paham kewajiban dan kepatuhan membawa pula kepada paham balasan. Yang menjalankan kewajiban dan yang patuh akan mendapat balasan baik dari Tuhan. Yang tidak menjalankan kewajiban dan yang tidak patuh akan mendapat balasan tidak baik. Religi berasal dari bahasa Latin. Menurut satu pendapat asalnya ialah relegere yang mengandung arti mengumpulkan, membaca. Agama memang merupakan kumpulan cara-cara mengabdi kepada Tuhan. Ini terkumpul dalam kitab suci yang harus dibaca. Tetapi menurut pendapat lain kata itu berasal dari religare yang berarti mengikat. Ajaran-ajaran agama memang mempunyai sifat mengikat bagi manusia. Dalam agama selanjutnya terdapat pula ikatan antara roh manusia dengan Tuhan. Dan agama lebih lanjut lagi memang mengikat manusia dengan Tuhan. Intisari yang terkandung dalam istilah-istilah di atas ialah ikatan. Agama mengandung arti ikatan-ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan ini mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari dan berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia. Satu kesatuan gaib yang tak dapat ditangkap dengan pancaindera.
Oleh karena itu agama diberi definisi-definsi sebagai berikut :
1. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus dipatuhi.
2. Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia.
3. Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu sumber
yang berada di luar diri manusia dan yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia.
4. Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup tertentu.
5. Suatu sistem tingkah laku (code of conduct) yang berasal dari suatu kekuatan gaib.
6. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber pada suatu kekuatan gaib.
7. Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia.
8. Ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang rasul.
Dengan demikian unsur-unsur penting yang terdapat dalam agama ialah :
1. Kekuatan gaib : Manusia merasa dirinya lemah dan berhajat pada kekuatan gaib itu sebagai
tempat minta tolong. Oleh karena itu manusia merasa harus mengadakan hubungan baik dengan kekuatan gaib tersebut. Hubungan baik ini dapat diwujudkan dengan mematuhi perintah dan larangan kekuatan gaib ini.
2. Keyakinan manusia bahwa kesejahteraannya di dunia ini dan hidupnya di akhirat tergantung pada adanya hubungan baik dengan kekuatan gaib yang dimaksud. Dengan hilangnya hubungan baik itu, kesejahteraan dan kebahagiaan yang dicari akan hilang pula.
3. Respons yang bersifat emosionil dari manusia. Respons itu bisa mengambil bentuk perasaan
takut, seperti yang terdapat dalam agama-agama primitif, atau perasaan cinta, seperti yang terdapat dalam agama-agama monoteisme. Selanjutnya respons mengambil bentuk penyembahan yang terdapat dalam agama-agama primitif, atau pemujaan yang terdapat dalam
agama-agama monoteisme. Lebih lanjut lagi respons itu mengambil bentuk cara hidup tertentu
bagi masyarakat yang bersangkutan.
4. Paham adanya yang kudus (sacred) dan suci, dalam bentuk kekuatan gaib, dalam bentuk kitab yang mengandung ajaran-ajaran agama bersangkutan dan dalam bentuk tempat-tempat tertentu.

Agama ada yang bersifat pimitif dan ada pula yang dianut oleh masyarakat yang telah meninggalkan fase keprimitifan. Agama-agama yang terdapat dalam masyarakat ialah dinamisme, animisme dan politeisme.

Agama dinamisme mengandung kepercayaan pada kekuatan gaib yang misterius. Dalam faham
ini ada benda-benda tertentu yang mempunyai kekuatan gaib dan berpengaruh pada kehidupan
manusia sehari-hari. Kekuatan gaib itu ada yang bersifat baik dan ada yang bersifat jahat. Benda mempunyai kekuatan gaib baik, disenangi dan dipakai dan dimakan agar orang yang memakai memakannya senantiasa dipelihara dan dilindungi oleh kekuatan gaib yang terdapat di dalamnya. Benda yang mempunyai kekuatan gaib jahat, ditakuti dan oleh karena itu dijauhi. Kekuatan gaib itu tak dapat dilihat, yang dapat dilihat hanyalah efek dan pengaruhnya, umpamanya dalam bentuk kesuburan bagi sebidang tanah, rindangnya buah bagi sesuatu pohon, panjangnya umur bagi seseorang, keberanian luar biasa bagi pahlawan perang, kekuatan luar biasa bagi seekor binatang dan sebagainya. Kalau efek-efek tersebut telah hilang dari tanah atau pohon ataupun dari selainnya, benda yang dianggap membawa kesuburan, umur panjang dan sebagainya itu, telah kehilangan kekuatan gaibnya. Dalam bahasa ilmiah kekuatan gaib itu disebut mana dan dalam bahasa Indonesia tuah atau sakti. Dalam masayarakat kita orang masih menghargai barang-barang yang dianggap bersakti dan bertuah, seperti keris, batu cincin dan lain-lain. Dengan memakai benda serupa ini, orang menganggap akan dapat terpelihara dari penyakit, kecelakaan, bencana dan lain-lain. Mana yang terdapat dalam benda yang bersangkutan dan yang merupakan kekuatan gaib itulah yang dianggap memelihara manusia dari hal-hal tersebut di atas. Dalam faham agama dinamisme bertambah mana yang diperoleh oleh seseorang bertambah jauh ia dari bahaya dan bertambah selamat hidupnya. Kehilangan mana berarti maut. Oleh karena itu, tujuan beragama di sini ialah mengumpulkan mana sebanyak mungkin. Dalam masyarakat primitif terdapat dukun atau ahli sihir, dan mereka inilah yang dianggap dapat mengontrol dan menguasai mana yang beraneka ragam itu. Biasanya benda-benda kecil yang mudah diikatkan ke anggota badan dan mudah dapat dibawa ke mana-mana. Benda-benda serupa ini disebut fetish.

Animisme adalah agama yang mengajarkan bahwa tiap-tiap benda baik yang bernyawa maupun tidak bernyawa, mempunyai roh. Roh dalam masyarakat primitif belum mengambil bentuk roh dalam faham masyarakat yang telah lebih maju. Bagi masyarakat primitif, roh masih tersusun dari materi yang halus sekali yang dekat menyerupai uap atau udara. Roh bagi mereka mempunyai rupa, umpamanya berkaki dan bertangan yang panjang-panjang, mempunyai umur dan perlu ada makanan. Mereka mempunyai tingkah laku manusia, umpamanya pergi berburu, menari dan menyanyi. Terkadang roh dapat dilihat, sungguh pun ia tersusun dari materi yang halus sekali. Roh dari benda-benda tertentu mempunyai pengaruh terhadap kehidupan manusia. Roh dari benda-benda yang menimbulkan perasaan dahsyat seperti hutan yang lebat, danau yang dalam, sungai arusnya deras, pohon besar lagi rindang daunnya, gua yang gelap dan sebagainya, itulah yang dihormati dan ditakuti. Kepada roh-roh serupa ini diberi sesajen untuk menyenangkan hati mereka, sesajen dalam bentuk binatang, makanan, kembang dan sebagainya. Roh nenek moyang juga menjadi obyek yang ditakuti dan dihormati. Tujuan beragama di sini ialah mengadakan hubungan baik dengan roh-roh yang ditakuti dan dihormati itu dengan senantiasa berusaha menyenangkan hati mereka. Membuat mereka marah harus dijauhi. Kemarahan roh-roh itu akan menimbulkan bahaya dan malapetaka. Yang dapat mengontrol roh-roh itu sebagai halnya dalam agama dinamisme ialah juga dukun atau ahli sihir. Dalam masyarakat kita, kepercayaan pada roh, masih terdapat. Pemberian sesajen yang masih banyak kita jumpai dalam masyarakat kita, selamatan yang masih banyak juga dilakukan, kepercayaan pada “orang halus” dan lain-lain.

Politeisme mengandung kepercayaan pada dewa-dewa. Dalam gama ini hal-hal yang menimbulkan perasaan takjub dan dahsyat adalah dewa-dewa yang telah mempunyai tugas-tugas tertentu. Ada dewa yang bertugas menyinarkan cahaya dan panas ke permukaan bumi. Dewa ini dalam agama Mesir kuno disebut Ra, dalam agama India kuno Surya, dan dalam agam Persia Kuno Mithra. Ada pula dewa yang tugasnya menurunkan hujan, yang diberi nama Indera dalam agama India kuno dan Donnar dalam agama Jerman kuno. Selanjutnya ada pula dewa angin yang disebut Wata dalam agama India kuno dan Wotan dalam agama Jerman kuno. Tujuan hidup beragama di sini bukanlah hanya memberi sesajen dan persembahan-persembahan kepada dewa-dewa itu, tetapi juga menyembah dan berdoa pada mereka untuk menjauhkan amarahnya dari masyarakat yang bersangkutan. Tetapi dalam politeisme terdapat faham pertentangan tugas antara dewa-dewa yang banyak itu. Dewa kemarau dan dewa hujan mempunyai tugas yang bertentangan. Demikian juga dewa musim dingin dan dewa musim panas, dewa pembangunan dengan dewa penghancuran dan sebagainya. Kalau berdoa: seorang politeis dengan demikian tidak memanjatkan doa hanya kepada satu dewa, tetapi juga kepada dewa lainnya. Dalam pada itu, ada kalanya tiga dari dewa-dewa yang banyak dalam politeisme meningkat ke atas dan mendapat perhatian dan pujaan yang lebih besar dari yang lain. Di sini timbullah faham dewa tiga. Dalam ajaran agama Hindu, Dewa Tiga itu mengambil bentuk Brahma-Wisnu-Syiwa, dalam agama Veda Indra-Vithra-Varuna, dalam agama Mesir Kuno Osiris dengan isterinya Isis dan anak mereka Herus dan dalam agama Arab Jahiliyah Al-Lata-Al-Uzza-Matta. Ada pula kalanya satu dari dewa-dewa itu yang meningkat di atas segala dewa lain seperti Zeus dalam agama Yunani kuno. Yupiter dalam agama Romawi dan Ammon dalam agama Mesir kuno. Ini belum berarti pengakuan pada satu Tuhan, tapi baru pada pengakuan dewa terbesar diantara dewa yang banyak. Faham ini belum meningkat pada faham henoteisme atau monoteisme, tetapi masih berada dalam tingkat politeisme. Tetapi kalu dewa yang terbesar itu saja kemudian yang dihormati dan dipuja, sedang dewa-dewa lain ditinggalkan, faham demikian telah keluar dari politeisme dan meningkat kepada henoteisme.
Henoteisme mengakui satu tuhan untuk satu bangsa, dan bangsa-bangsa lain mempunyai tuhannya sendiri-sendiri. Henoteisme mengandung faham tuhan nasional. Faham yang serupa ini terdapat dalam perkembangan faham keagamaan masyarakat Yahudi. Yahweh menjadi tuhan nasional bangsa Yahudi.
Dalam masyarakat yang sudah maju agama yang dianut bukan lagi dinamisme, animisme, politeisme atau henoteisme, tetapi agama monoteisme, agama tauhid. Dasar ajaran monoteisme ialah Tuhan satu, Tuhan Yang Maha Esa, Pencipta alam semesta. Dengan demikian, perbedaan antara henoteisme dan monoteisme ialah bahwa dalam agama akhir ini Tuhan tidak lagi merupakan Tuhan nasional tetapi Tuhan internasional, Tuhan semua bangsa di dunia ini bahkan Tuhan Alam Semesta. Kalau dalam agama-agama sebelumnya usal-usul manusia belum memperoleh perhatian, dalam agama monoteisme manusia telah diyakini berasal dari Tuhan dan akhirnya akan kembali ke Tuhan. Seterusnya menjadi keyakinan pula dalam agama monoteisme bahwa diantara kedua hidup itu, hidup kedualah yang lebih penting dari hidup pertama. Hidup pertama hanya mempunyai sifat sementara sedang hidup kedua bersifat kekal yang tergantung pada baik dan buruknya hidup yang dijalaninya selama hidup di dunia. Faham serupa ini tidak ada dalam agama politeisme apalagi dalam agama-agama dinamisme dan animisme. Tujuan hidup dalam agama monoteisme bukan lagi mencari keselamatan hidup material saja, tetapi juga keselamatan hidup kedua atau hidup spirituil. Dalam istilah agama disebut keselamatan dunia dan keselamatan akhirat. Dalam monoteisme kekuatan gaib atau supernaturil itu dipandang sebagai suatu zat yang berkuasa mutlak dan bukan lagi sebagai suatu zat yang menguasai sesuatu fenomena natur seperti halnya dalam faham animisme dan politeisme. Kepada Tuhan sebagai pencipta yang mutlak orang tak bisa kecuali menyerahkan diri, menyerahkan diri kepada kehendak-Nya. Dan sebenarnya inilah arti
kata Islam yang menjadi nama agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad. Islam ialah menyerahkan diri sebulat-bulatnya kepada kehendak Tuhan. Dengan menyerahkan diri ini, yaitu dengan patuh kepada perintah dan larang-larangan Tuhanlah, orang dalam monoteisme mencoba mencari keselamatan. Disinilah letak perbedaan besar antara agama-agama primitif dan agama monoteisme. Dalam agama-agama primitif manusia mencoba menyogok dan membujuk kekuasaan supernaturil dengan penyembahan dan saji-sajian supaya mengikuti kemauan manusia, sedang dalam monoteisme manusia sebaliknya tunduk kepada kemauan Tuhan. Tuhan dalam faham monoteisme adalah Maha Suci dan Tuhan menghendaki supaya manusia tetap suci. Manusia akan kembali kepada Tuhan dan yang dapat kembali ke sisi Tuhan Yang Maha hanyalah orang-orang yang suci. Orang-orang yang suci berada dekat Tuhan dalam surga sedangkan yang tidak suci berada di neraka dan jauh dengan Tuhan.Jalan untuk tetap menjadi suci ialah senantiasa berusaha supaya dekat pada Tuhan, ingat pada Tuhan. Dengan senantiasa dekat dan teringat pada Tuhan, manusia tidak akan dapat terpedaya oleh kesenangan materi yang akan membawa kepada kejahatan. Dengan senantiasa dekat dan teringat pada Tuhan, manusia akan teringat bahwa kesenangan sebenarnya bukan kesenangan sementara di dunia ini, tetapi kesenangan abadi di akhirat. Dengan jalan demikian manusia diharapkan senantiasa akan berusaha supaya tetap mempunyai jiwa bersih dan suci berusaha untuk menjauhi perbuatan-perbuatan tidak baik dan jahat. Dan jalan untuk tetap berada dekat Tuhan ditentukan oleh tiap-tiap agama.
Dalam agama Kristen, berhubung dengan ajaran tentang dosa warisan yang melekat pada diri manusia, seseorang tidak akan dapat menjadi suci selama ia tidak menerima Kristus sebagai juru selamat yang mengorbankan diri diatas salib untuk menebus dosa manusia. Hanya setelah mengakui baru seseorang dapat menuju kepada pembersihan diri yang sebenarnya, dan akhirnya menjadi orang baik dan suci. Untuk itu seseorang harus berusaha mengadakan kontak spirituil dengan Jesus Kristus. Dengan ini roh manusia akan mendapat limpahan dari Jesus Kristus yang dalam ajaran agama Kristen, penuh dengan rahmat, kebaikan dan kasih sayang. Jalan untuk memupuk dan memelihara kontak itu ialah dengan berdoa, membaca Al-kitab, ke Gereja, merayakan hari-hari suci dan lain-lain yang merupakan jalan untuk senantiasa berada dekat dan teringat pada Tuhan.
Agama Hindu atau Hindu Dharma dengan ajarannya tentang Tuhan Yang Maha Esa memandang bahwa roh manusia adalah percikan dari Sang Hyang Widhi. Persatuan roh dengan badan menimbulkan kegelapan. Badan akan hancur tetapi roh atau atma akan kekal. Kebahagiaan manusia ialah bersatu dengan Sang Hyang Widhi yang disebut moksa. Dan moksa akan tercapai hanya kalau atma telah menjadi suci kembali dari kegelapan yang timbul dari persatuannya dengan badan. Cara mengadakan hubungan dengan Tuhan untuk mencapai kesucian jiwa ialah sembahyang di Pura atau di rumah, merayakan hari-hari suci dan sebagainya.
Islam juga mengajarkan bahwa manusia berasal dari Tuhan dan akan kembali ke Tuhan. Orang yang rohnya bersih lagi suci dan tidak berbuat jahat di hidup dunia akan masuk surga, dekat dengan Tuhan. Orang yang rohnya kotor dan berbuat jahat di hidup pertama akan masuk neraka, jauh dari Tuhan. Agar dalam hidup kekal di akhirat nanti orang hidup dalam kesenangan, jauh dari kesengsaraan, orang haruslah berusaha supaya mempunyai roh bersih lagi suci dan senantiasa berbuat baik dan menjauhi perbuatan-perbuatan jahat di dunia. Jalan untuk membersihkan dan mensucikan roh ialah ibadat yang diajarkan Islam, yaitu shalat, puasa, zakat dan haji. Tujuan dari ibadat selain dari membersihkan dan mensucikan diri, ialah juga untuk menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan jahat.

Jelaslah kiranya bahwa tujuan hidup beragama dalam agama monoteisme ialah membersihkan diri dan mensucikan jiwa dan roh. Tujuan agama memanglah membina manusia baikbaik, manusia yang jauh dari kejahatan. Oleh sebab itu agama monoteisme erat pula hubungannya dengan pendidikan moral. Agama-agama monoteisme mempunyai ajaran-ajaran tentang norma-norma akhlak tinggi. Kebersihan jiwa, tidak mementingkan diri sendiri, cinta kebenaran, suka membantu manusia, kebesaran jiwa, suka damai, rendah hati dan sebagainya adalah norma-norma yang diajarkan agama-agama besar. Agama tanpa ajaran moral tidak akan berarti dan tidak akan dapat merubah kehidupan manusia. Tidak mengherankan agama selalu diidentifikasikan dengan moralitas. Karena agama mempunyai sifat mengikat pada para pemeluknya, maka ajaran-ajaran moral agama lebih besar dan dalam pengaruhnya dari ajaran-ajaran moral yang dihasilkan falsafat dan pemikiran manusia. Ajaran-ajaran yang berasal dari Tuhan Pencipta Alam semesta mempunyai sifat kekudusan dan absolut yang tidak dapat ditolak oleh manusia. Perintah manusia masih dapat dilawan tetapi perintah Tuhan tak dapat ditentang. Faham inilah yang memuat norma-norma akhlak yang diajarkan agama mempunyai pengaruh besar dalam membina manusia yang berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur.
Tegasnya tujuan hidup beragama dalam agama monoteisme atau agama tauhid ialah menyerahkan diri seluruhnya kepada Tuhan Pencipta semesta alam dengan patuh pada perintah dan larangannya, agar dengan demikian manusia mempunyai roh dan jiwa bersih dan budi pekerti luhur.
Manusia serupa inilah yang akan memperoleh kebahagiaan abadi kelak di hidup akhirat. Orang yang tidak patuh pada Tuhan, dan dengan demikian mempunyai roh yang tidak bersih dan akhlak yang tidak baik di dunia akan mengalami hidup sengsara di akhirat. Dengan kata lain agama monoteisme atau agama tauhid dengan ajaran-ajarannya bermaksud untuk membina manusia yang berjiwa bersih dan berbudi pekerti luhur: Di sinilah terletak salah satu penting dari agama monoteisme bagi hidup kemasyarakatan manusia. Dari individu-individu yang berjiwa bersih dan berbudi pekerti luhurlah masyarakat manusia baik dapat dibina. Agama-agama yang dimasukkan ke dalam kelompok agama monoteisme, sebagai disebut dalam Ilmu Perbandingan Agama, adalah Islam, Yahudi, Kristen dengan kedua golongan Protestan Katholik yang terdapat di dalamnya, dan Hindu. Ketiga Agama tersebut pertama merupakan satu rumpun. Agama Hindu tidak masuk dalam rumpun ini. Di antara ketiga agama serumpun ini yang pertama datang ialah agama Yahudi dengan Nabi-nabi Ibrahim, Ismail, lshaq, Yusuf dan lain-lain; kemudian agama Kristen dengan Nabi Isa, yang datang untuk mengadakan reformasi dalam agama Yahudi. Dan terakhir sekali datang agama Islam dengan Nabi Muhammad s.a.w. Ajaran yang beliau bawa ialah ajaran yang diberikan kepada Nabi-nabi Ibrahim, Musa, Isa dan lain-lain dalam bentuk murninya.

Sebagai diterangkan oleh Al-Qur-an, ajaran murni itu ialah Islam, menyerahkan diri seluruhnya kepada kehendak Tuhan Yang Maha Esa. Mengenai hal ini Surat Ali lmran ayat 19 mengatakan:
Agama (yang benar) dalam pandangan Tuhan ialah Islam (menyerahkan diri kepada Nya). Dan mereka yang diberi Kitab bertikai hanya setelah pengetahuan datang kepada mereka; (dan mereka bertikai) karena dipengaruhi perasaan dengki.
Apa yang dimaksud dengan Islam dijelaskan oleh Surat al-Nisa' ayat 125 :
Siapa mempunyai agama yang lebih baik dari orang yang menyerahkan diri seluruhnya kepada Tuhan dan berbuat baik serta mengikuti agama Ibrahim, (agama) yang sebenarnya?
Bahwa Nabi Ibrahim menyerahkan diri kepada Tuhan dan beragama Islam disebut Surat al-
Baqarah ayat 131 :
Ketika Tuhannya berkata kepadanya (Ibrahim) : "Serahkan dirimu'; ia menjawab : "Aku menyerahkan diriku kepada Tuhan semesta alam' :
dan Surat Ali Imran ayat 67 :
Bukanlah Ibrahim seorang Yahudi, bukan pula seorang Kristen, tetapi adalah seorang yang benar (dalam keyakinannya), seorang muslim. Dan bukanlah ia masuk dalam golongan kaum polities.
Ayat 84 dari Surat Ali Imran lebih lanjut mengatakan bahwa bukan hanya agama yang didatangkan kepada Nabi Ibrahim, tetapi juga agama yang didatangkan kepada Nabi-nabi lain adalah. sama dengan agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad :
Katakanlah : “Kami percaya kepada apa yang diturunkan kepada kami, kepada apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail serta suku-suku bangsa lain dan kepada apa yang diturunkan kepada Musa, Isa serta Nabi-nabi lain dari Tuhan Mereka. Kami tidak mengadakan perbedaan antara mereka dan kami menyerahkan diri kepada Nya”.

Dari ayat-ayat di atas jelaslah kelihatan bahwa agama-agama Yahudi, Kristen dan Islam adalah satu asal. Sejarah juga menunjukkan bahwa ketiga agama itu memang mempunyai asal yang satu. Tetapi perkembangan masing-masing dalam sejarah mengambil jurusan yang berlainan, sehingga timbullah perbedaan antara ketiga-tiganya.
Pada mulanya, Yahudi, Kristen dan Islam berdasar atas keyakinan tauhid atau keesaan Tuhan yang serupa. Dalam istilah modern keyakinan ini disebut monoteisme. Tetapi dalam pada itu kemurnian tauhid dipelihara hanya oleh Islam dan Yahudi.
Dalam Islam satu dari kedua syahadatnya menegaskan : "Tiada Tuhan selain dari Allah".
Dan dalam agama Yahudi Syema atau syahadatnya mengatakan : "Dengarlah Israel, Tuhan kita satu". Tetapi kemurnian tauhid dalam agama Kristen dengan adanya faham Trinitas, sebagai diakui oleh ahli-ahli perbandingan agama, sudah tidak terpelihara lagi.
Agama Hindu, sungguhpun banyak dianggap termasuk dalam golongan agama politeisme, mengandung faham monotesime. Trimurti yang terdiri dari Brahma, Wisynu dan Syiwa mengandung faham tiga sifat atau aspek dari suatu zat Yang Maha Tinggi. Brahma menggambarkan sifat mencipta, Wisynu sifat memelihara dan Syiwa sifat menghancurkan; tiga sifat atau aspek yang terdapat dalam kehidupan di dunia, kejadian, kelangsungan wujud dan kehancuran. Benda-benda di dunia terjadi, berwujud untuk waktu tertentu dan kemudian hancur. lni adalah perbuatan Zat Yang Maha Tinggi itu.

Dengan, demikian di antara agama besar yang ada sekarang, hanya Islamlah yang memelihara faham monoteisme yang murni. Monoteisme Kristen dengan faham Trinitasnya dan monoteisme Hindu dengan faham politeisme yang banyak terdapat di dalamnya tidak dapat dikatakan monoteisme murni.

2 komentar:

Cahyo Santoso mengatakan...

salam kenal

Eka Sri Nuryani mengatakan...

salam kenal juga..ni yg di fb itu kan??